Sabtu, 22 Desember 2012

Ketika Stress Menggelayuti

Ditinggal pacar stress (salahnya sendiri pacaran), nggak naik kelas stress, usaha gagal stress, musibah stress, ini stress itu stress, etc. Satu penyakit yang sering melanda dan cukup populer dikalangan para remaja kita meski yang dewasa dan tua juga tak bisa luput dari penyakit ini.

Stress muncul dipicu pleh ketidaknyamanan hati, apa pun penyebabnya. Pada tataran yang paling parah, penderitanya bisa menjadi gila alias kehilangan akal sehatnya atau melakukan hal yang sangat dimurkai oleh Allah, yaitu mengakhiri hidupnya sendiri. Maka enggak heran ketika kita mendengar seorang remaha rela terjun bebas dari gedung bertingkat hanya karena diputus sang pacar atau masalah sepele lain. Naudzubillah min dzalik.

Dari sekian kasus, banyak ditemui pelakunya adalah kaum kafir, kelompok materialis, pecinta dunia atau orang islam tapi sangat jauh dari ajaran islam yang benar. Merekalah orang-orang yang memiliki sifat pesimis berlebih dan putus asa dari lautan rahmat Allah azza wa jalla. Maka benarlah Firman Allah yang mensinyalir, " .... Sesungguhnya tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Allah, keculai orang-orang yang kafir" (Yusuf : 87)

SEKEDAR SEDIH BOLEH
Pernah merasakan kesedihan, gelisah, risau dan perasaan tidak nyaman? Jawabannya tentu. Manusia nggak akan pernah lepas dari hal-hal itu. Adakalanya kita senang, disisi yang lain kita pernah bersedih dan cemas. Suatu kali kita merasa nyaman dan tenang dan pada kali yang lain kita merasa tidak aman dan dilanda kegelisahan. Itu merupakan hal wajar bagi manusia.

Bahkan rasullulah SAW sendiri pernah merasakan gundah. Ketiak istri beliau Khadijah meninggal dunia, beliau sangat merasa sangat kehilangan kemudian disusul dengan wafatnya paman beliau, Abu Thalib pada tahun yang sama. Hingga tahun wafatnya istri beliau yang tercinta dan pamannya disebut dengan 'aamul huzn (tahun duka cita). Sedih seperti inilah yang diperbolehkan, artinya masih dalam taraf wajar. Namun ketika kesedihan seudah berlebihan hingga menyebabkan perbuatan yang dilarang Allah seperti meratap, memukuli diri sendiri, menyobek baju bahkan sampe mencela takdir Allah, maka kesedihan tersebut menjadi terlarang.

Sebenarnya perasaan tidak nyaman, sedih, risau, sakit bagi seorang Muslim bisa jadi merupakan penghapus dosa-dosa yang pernah di perbuat sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Salam, "Tidaklah orang yang beriman ditimpa penyakit terus menerus dan tidak pula rasa cemas, rasa sedih, rasa susah dan rasa sakit, sampai-sampai duri yang menusuk kecuali Allah menghapuskan dengannya dari dosa-dosa/kesalahan-kesalahannya." (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

So,,,  boleh bersedih tapi bersedihlah dengan wajar. :)

AGAR STRESS TAK MENYAPA
Ada banyak hal yang bisa membuat hati kita tentram hingga stress enggan mendekat.

a. Ingat Selalu Kepada Allah
Setiap orang yang beriman kepada ALlah kudu yakin kalo sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang hakiki adalah dengan mengingat Allah. Itulah resep manjur untuk mencegah stress.
Allah telah berfirman,
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan berdzikir(mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah  hati menjadi tentram (Ar-Ra'ad : 28)

Syaikh Abdurahman As Sa'di menerangkan, "Dengan berdzikir kepada Allah Ta'ala segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan.

b. Takwa Selalu
Jalan keluar dan penyesalan terbaik dari semua urusan yang menjadi problem kita adalah sebagaimana dalm firman-Nya, "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya). dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya" (Ath-Thalaaq : 2-3)
Dalam ayat disebutkan, "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya" (Ath-Thalaaq : 4)

Ibnu Katsir menjelaskan, "Allah akan meringankan dan memudahkan (semua) urusannya, serta menjadikan baginya jalan keluar dan solusi yang segera (menyelesaikan masalah yang dihadapinya)." (Tafsir Ibnu Katsir (4/489))

c. Banyak Taubat dan Istighfar
Tobat dan istighfar menjadi kunci penenang hati dan menjadikan kita sebagai insan yang beruntung. Allah berfirman, "Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung." (An-Nuur : 31)

Sebaliknya jika kita berpaling dari Allah dan enggan kembali kepada-Nya maka penghidupan sempit yang akan kita dapat. Allah berfirman, "Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan buat." (Thahaa : 124)

d. Berprasangka Baik
 Kadang kita suka salah sangka kepada Allah atas takdir-Nya. Padahal kita enggak tahu hikmah apa yang ada dibaliknya. Bukan berarti yang kita sangka baik, baik pula menurut Allah. Sebaliknya apa yang kita sangka buruk belum tentu buruk di sisi Allah.
e. Usaha dan Tawakal yang Sempurna 
Semua masalah dan problem ada solusi dan jalan keluar. Kepastian ini telah dijamin Allah dalam firman-Nya, "Setelah kesulitan pasti ada kemudahan." (Al-Insyirah : 6)
Tinggal upaya maksimal kita untuk mencari jalan keluar dibarengi tawakal secara sempurna kepada Allah. Nggak ada balasan bagi orang yang bertawakal kepada-Nya, melainkan Allah akan memberi jalan keluar baginya, "Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah maka Dia akan menjamin(kemudahan) baginya."

Begitulah, seberat apapun masalah di depan kita, selalu ada harapan jalan keluarnya. Kembali kepada-Nya adalah solusiu terbaik ketika masalah mendera. Jangankan stres, depresi pun tidak akan menyapa..

Sumber : Elfata

0 Komentar:

Posting Komentar