Senin, 22 Oktober 2012

Al-Barrak Si Pemburu Syahid




Al-Barrak bin Malik adalah adik kandung pelayan Rasulullah SAW. sahabat Anas bin Malik. Dikenal taat beragama dan pemberani ketika berperang melawan musuh Allah  ‘azza wa jalla. Baik perang yang disertai Rasulullah maupun tidak, Ibnu Malik tak pernah ketinggalan mengikutinya.
Suatu hari Al-Barrak jatuh sakit. Ketika menangkap sesuatu di muka sahabat-sahabat yang menjenguknya, dia berujar, “Mungkin kalian mengira aku akan mati di tempat tidurku. Tidak, demi Allah! Dia tidak akan menghalangi mati syahid!”
Kepahlawanan Ibnu Malik adalah cermin watak dan tabiatnya yang pemberani, dia selalu memburu syahid. Dari keberaniannya, Umar bin khattab sampai merasa perlu memerintahkan agar dia tidak menjadi panglima. Sang Khalifah khawatir sifat beraninya akan membahayakan anak buahnya.
Ketika pasukan islam pimpinan Khalid bin Walid menghadapi pasukan nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab, Al-Barrak berdiri di front Yamamah. Dia merasa terlalu lama menunggu perintah panglima untuk menyerbu musuh. Kedua matanya yang tajam bergerak menelusuri seluruh medan tempurr, seakan tengah mencari tempat terbaik untuk bersemayam dalam syahid. Begitu Khalid meneriakkan takbir, majulah sang pemburu syahid bersama pasukan islam. Ia terus mengejar pasukan Musailamah dengan pedangnya, hingga mereka berjatuhan laksana daun kering gugur berjatuhan.
Pasukan musuh di samping berjumlah banyak juga terlatih, sehingga pasukan muslim tidak mudah menghancurkannya. Mereka menjawab serbuan kaum muslim dengan perlawanan yang gigih sehingga kendali pertempuran berhasil dikuasainya. Melihat hal itu komandan muslim berteriak memberi semangat kepada pasukannya untuk tetap melanjutkan pertempuran. Khalid yang melihat pasukannya di bawah tekanan lawan segera memanggil Al-Barrak.
Dia pun menyerukan kalimat kepahlawanan yang penuh semangat …, “Wahai penduduk Madinah ..! Sekarang tak ada lagi Madinah bagi kalian, yang ada hanyalah Allah dan surga…!” Benarlah perkataannya, di saat itu tidaklah sewajarnya memikirkan tempat lain. Kalau mereka kalah, maka tidak ada artinya kota Madinah. Perkataan Al-Barrak mampu membangkitkan semangat temput pasukan muslim. Akhirnya kaum muslimin dapat menguasai keadaan dan bahkan unggul.
Melihat hal itu tentara musyrik berlindung di sebuah perkebunan besar, mereka menjadikannya sebagai benteng. Akibatnya pertempuran menjadi reda dan semangat kaum muslimin menurun. Jika kondisi demikian dibiarkan, maka musuh akan bisa mengambil kendali pertempuran.
Disaat genting itulah Al-Barrak naik ke tempat yang tinggi dan berseru, “Wahai kaum muslimin lemparkan aku ke dalam perkebunan tempat mereka bertahan..!” Dia berharap untuk bisa membukakan pintu gerbang bagi kaum muslimin. Tapi ada lebih dia nanti, yakni ayunan pedang-pendang musuh yang akan mengoyak tubuhnya untuk menjemput syahid. Ia berharap mendapati pintu surga terbuka, menyongsongnya bersama para syuhada yang lain.
Ingat itu, Al-Barrak tidak menunggu sampai kaum muslimin melemparkan tubuhnya, dia segera mendaki benteng pertahanan musuh. Setelah meloncat masuk dibukakanlah pintu gerbang musuh buat jalan pasukan muslimin. Namun sayang, mimpinya belum sepenuhnya menjadi kenyataan, tebasan pedang musuh tidak sampai membunuhnya. Benar perkataan As-Shiddiq, “Songsong dan carilah kematian, pasti akan mendapatkan kehidupan.”
Apakah syahid belum juga mendatangi Al-Barrak si pemburu syahid? Sudah… sekarang sudah datang masanya! Inilah perang Tutsur, peperangan yang melibatkan dua pasukan besar, kaum muslim berhadapan dengan tentara Persi. Di sinilah Al-Barrak akan merayakan pesta terbesarnya. Di antara pasukan Islam terdapat Anas bin Malik beserta saudaranya, sang pemburu syahid, Al-Barrak bin Malik.
Ketika perang tengah berkecamuk sebagian sahabat mendatangi Al-Barrak. Mereka menghimbaunya, “Masih ingatkah engkau tentang perkataan Rasulullah mengenai dirimu? ‘Berapa banyak orang yang rambutnya kusut masai penuh debu. Hanya dua pakaian yang dia punya, itupun telah lapuk, akibatnya tidak diperhatikan orang sama sekali. Padahal seandainya ia mohon kepada Allah maka akan dikabulkan’. Dan di antara mereka adalah engkau! Wahai Al-Barrak berdoalah kepada Allah, agar ia menolong kita dan mengalahkan musuh!”
Al-Barrak mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, “ Ya Allah, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami. Pertemukanlah aku dengan Nabi-Mu, hari ini jua…!” Diamatinya saudaranya yang tengah berperang, seakan ingin mengucapkan selamat tinggal. Dengan penuh keberanian menyerbulah ia bersama kaum muslimin. Akhirnya mereka mendapat kemenangan, kemenangan yang nyata.
Usai peperangan dicarilah para syuhada pahlawan perang. Di antara mereka terdapat sang pemburu syahid Al-Barrak bin Malik, wajahnya tersenyum penuh cahaya. Tangan kanannya menggenggam segumpal tanah bercampur darahnya. Pedangnya tergeletak disamping kirinya, tak terpatahkan, rata tanpa goresan. Bersama para syuhada lainnya dia telah memenuhi panggilan Allah, mencapai derajat mulia dan mendapatkan surga. “itulah surga yang Kami wariskan untuk kalian, sebagai balasan atas amal perbuatan kalian …!” (Al-A’raf:43)

0 Komentar:

Posting Komentar