![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxLsmOjITZ4IIVvT2xUak7RKm_hovxkXTbDFl7w5qwMz6dRYRHvTkfctKP7dwVOYzv0kATVgAmTUhHTVTWUtClj0_33Oje4ZMj5RtNiYqDncwHe6RBfpPodgYGxHkKZpDz5Ryuerj65Jv9/s1600/images.jpg)
Al-Barrak bin Malik adalah adik kandung pelayan Rasulullah
SAW. sahabat Anas bin Malik. Dikenal taat beragama dan pemberani ketika
berperang melawan musuh Allah ‘azza wa
jalla. Baik perang yang disertai Rasulullah maupun tidak, Ibnu Malik tak pernah
ketinggalan mengikutinya.
Suatu hari Al-Barrak jatuh sakit. Ketika menangkap sesuatu
di muka sahabat-sahabat yang menjenguknya, dia berujar, “Mungkin kalian mengira
aku akan mati di tempat tidurku. Tidak, demi Allah! Dia tidak akan menghalangi
mati syahid!”
Kepahlawanan Ibnu Malik adalah cermin watak dan tabiatnya
yang pemberani, dia selalu memburu syahid. Dari keberaniannya, Umar bin khattab
sampai merasa perlu memerintahkan agar dia tidak menjadi panglima. Sang
Khalifah khawatir sifat beraninya akan membahayakan anak buahnya.
Ketika pasukan islam pimpinan Khalid bin Walid menghadapi
pasukan nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab, Al-Barrak berdiri di front Yamamah.
Dia merasa terlalu lama menunggu perintah panglima untuk menyerbu musuh. Kedua
matanya yang tajam bergerak menelusuri seluruh medan tempurr, seakan tengah
mencari tempat terbaik untuk bersemayam dalam syahid. Begitu Khalid meneriakkan
takbir, majulah sang pemburu syahid bersama pasukan islam. Ia terus mengejar
pasukan Musailamah dengan pedangnya, hingga mereka berjatuhan laksana daun
kering gugur berjatuhan.
Pasukan musuh di samping berjumlah banyak juga terlatih,
sehingga pasukan muslim tidak mudah menghancurkannya. Mereka menjawab serbuan
kaum muslim dengan perlawanan yang gigih sehingga kendali pertempuran berhasil
dikuasainya. Melihat hal itu komandan muslim berteriak memberi semangat kepada
pasukannya untuk tetap melanjutkan pertempuran. Khalid yang melihat pasukannya
di bawah tekanan lawan segera memanggil Al-Barrak.
Dia pun menyerukan kalimat kepahlawanan yang penuh semangat …,
“Wahai penduduk Madinah ..! Sekarang tak ada lagi Madinah bagi kalian, yang ada
hanyalah Allah dan surga…!” Benarlah perkataannya, di saat itu tidaklah
sewajarnya memikirkan tempat lain. Kalau mereka kalah, maka tidak ada artinya
kota Madinah. Perkataan Al-Barrak mampu membangkitkan semangat temput pasukan
muslim. Akhirnya kaum muslimin dapat menguasai keadaan dan bahkan unggul.
Melihat hal itu tentara musyrik berlindung di sebuah
perkebunan besar, mereka menjadikannya sebagai benteng. Akibatnya pertempuran
menjadi reda dan semangat kaum muslimin menurun. Jika kondisi demikian
dibiarkan, maka musuh akan bisa mengambil kendali pertempuran.
Disaat genting itulah Al-Barrak naik ke tempat yang tinggi
dan berseru, “Wahai kaum muslimin lemparkan aku ke dalam perkebunan tempat
mereka bertahan..!” Dia berharap untuk bisa membukakan pintu gerbang bagi kaum
muslimin. Tapi ada lebih dia nanti, yakni ayunan pedang-pendang musuh yang akan
mengoyak tubuhnya untuk menjemput syahid. Ia berharap mendapati pintu surga
terbuka, menyongsongnya bersama para syuhada yang lain.
Ingat itu, Al-Barrak tidak menunggu sampai kaum muslimin
melemparkan tubuhnya, dia segera mendaki benteng pertahanan musuh. Setelah
meloncat masuk dibukakanlah pintu gerbang musuh buat jalan pasukan muslimin. Namun
sayang, mimpinya belum sepenuhnya menjadi kenyataan, tebasan pedang musuh tidak
sampai membunuhnya. Benar perkataan As-Shiddiq, “Songsong dan carilah kematian,
pasti akan mendapatkan kehidupan.”
Apakah syahid belum juga mendatangi Al-Barrak si pemburu
syahid? Sudah… sekarang sudah datang masanya! Inilah perang Tutsur, peperangan
yang melibatkan dua pasukan besar, kaum muslim berhadapan dengan tentara Persi.
Di sinilah Al-Barrak akan merayakan pesta terbesarnya. Di antara pasukan Islam
terdapat Anas bin Malik beserta saudaranya, sang pemburu syahid, Al-Barrak bin
Malik.
Ketika perang tengah berkecamuk sebagian sahabat mendatangi
Al-Barrak. Mereka menghimbaunya, “Masih ingatkah engkau tentang perkataan
Rasulullah mengenai dirimu? ‘Berapa banyak orang yang rambutnya kusut masai
penuh debu. Hanya dua pakaian yang dia punya, itupun telah lapuk, akibatnya
tidak diperhatikan orang sama sekali. Padahal seandainya ia mohon kepada Allah
maka akan dikabulkan’. Dan di antara mereka adalah engkau! Wahai Al-Barrak
berdoalah kepada Allah, agar ia menolong kita dan mengalahkan musuh!”
Al-Barrak mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, “ Ya
Allah, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami. Pertemukanlah aku dengan Nabi-Mu,
hari ini jua…!” Diamatinya saudaranya yang tengah berperang, seakan ingin
mengucapkan selamat tinggal. Dengan penuh keberanian menyerbulah ia bersama
kaum muslimin. Akhirnya mereka mendapat kemenangan, kemenangan yang nyata.
Usai peperangan dicarilah para syuhada pahlawan perang. Di
antara mereka terdapat sang pemburu syahid Al-Barrak bin Malik, wajahnya
tersenyum penuh cahaya. Tangan kanannya menggenggam segumpal tanah bercampur
darahnya. Pedangnya tergeletak disamping kirinya, tak terpatahkan, rata tanpa
goresan. Bersama para syuhada lainnya dia telah memenuhi panggilan Allah,
mencapai derajat mulia dan mendapatkan surga. “itulah surga yang Kami wariskan
untuk kalian, sebagai balasan atas amal perbuatan kalian …!” (Al-A’raf:43)
0 Komentar:
Posting Komentar