Minggu, 21 Oktober 2012

Seorang Pemuda dan Sebuah Terong

Di kota Damaskus, ada sebuah masjid yang besar dan luas. Masjid Jami' at-Taubah namanya. Ia adalah seobuah masjid yang penuh keberkahan. Di dalamnya ada ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di masjid itu ada seorang syeikh pendidik yang alim dan mengamalkan ilmunya. Ia sangat fakir, sehingga menjadi contoh dalam kefakirannya, dalam menahan diri dan meminta., dalam kemuliaan jiwanya, dan dalam keikhlasan berkhidmat untuk kepentingan orang lain.

Saat itu, ada seorang pemuda yang bertempat di sebuah kamar dalam masjid. Sudah dua hari berlalu tanpa ada makanan yang dapat dimakannya. Ia tidak mempunyai makanan atau pun uang untuk membeli makanan. Saat datang hari ketiga, ia merasa bahwa ia akan mati. Ia pun berpikir tentang apa yang akan dilakukannya.

Menurutnya, saat ini ia telah mencapai pada kondisi terpaksa atau darurat, yang secara hukum agama islam, membolehkannya memakan bangkai atau mencuri sekedar untuk bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya pada kondisi semacam ini.

Atap masjid tempat ia tinggal bersambung dengan atap beberapa rumah yang ada di sampingnya. Hal ini memungkinkan seorang untuk pindah dari rumah satu ke rumah yang lainnya dengan berjalan di atas atap rumah-rumah tersebut. Maka, ia pun naik ke atas atap masjid dan dari situ ia pindah ke rumah sebelah. Di situ ia melihat orang-orang wanita, maka ia memalingkan pandangannya dan menjauh dari rumah itu.

Lalu ia melihat rumah yang di sebelahnya lagi. Keadaannya sedang sepi dan ia mencium ada bau masakan berasal dari rumah itu. Rasa laparnya bangkit, seolah-olah bau masakan tersebut magnet yang menariknya.

Rumah-rumah di masa itu banyak dibangun dengan satu lantia, maka ia melompat dari atap ke dalam serambi. Dalam sekejap, ia sudah berada di dalam rumah dan dengan cepat ia masuk ke dapur lalu mengangkut tutup panci yang ada di situ. Dilihatnya sebuah terong besar dan sudah dimasak. Segera ia ambil satu, dan karena rasa laparnya, ia tidak lagi merasakan panasnya, digigitlah terong yang ada di tangannya dan saat itu ia mengunyah dan hendak menelannya. Namun, ia segera ingat dan timbul lagi kesadaran beragamanya. Segeralah ia berkata, "A'udzu billah! Aku adalah penuntut ilmu dan tinggal di masjid, pantaslah aku masuk ke rumah orang dan mencuri barang yang ada di dalamnya?"

Ia merasa bahwa apa yang telah dilakukannya adalah sebuah kesalahan besar, lalu ia menyesal dan beristighfar kepada Allah, kemudian mengembalikan lagi terong yang ada di tangannya. Akhirnya, ia pulang kembali ke tempat semula. Lalu, ia masuk ke dalam masjid dan mendengarkan syeikh yang saat itu sedang mengajar. Karena terlalu lapar, ia tidak dapat memahami apa yang ia dengar.

Ketika majlis pengajian itu selesai, dan orang-orang sudah pulang, datanglah seorang perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab. Saat itu memang tidak ada perempuan kecuali ia memakai hijab. Kemudian, perempuan itu berbicara dengan syeikh. Sang pemuda tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakannya. Akan tetapi, secara tiba-tiba syeikh itu melihat ke sekelilingnya. Sejauh mata memandang, tak tampak olehnya kecuali pemuda itu.

Dipanggil ia dan syeikh itu bertanya, "Apakah kamu sudah menikah?"

"Belum", jawabnya.

Syeikh itu bertanya lagi, "Apakah kamu ingin menikah?"

Pemuda itu diam. Syeikh mengulangi lagi pertanyaanya. Akhirnya pemuda itu angkat bicara, "Ya syeikh. Demi Allah, aku tidak memiliki uang untuk membeli roti, bagaimana aku akan menikah?"

Syeikh itu menjawab, "Wanita ini datang membawa kabar, bahwa suaminya telah meninggal dan ia adalah orang asing di kota ini. Di sini, bahkan di dunia ini, ia tidak mempunyai siapa-siapa kecuali seorang paman yang sudah tua dan miskin," kata syeikh itu sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di pojok ruangan.

Syeikh itu melanjutkan pembicaraanya, "Dan wanita ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil penghidupannya. Sekarang, ia ingin seorang laki-laki yang mau menikahinya, agar ia tidak sendirian dan mungkin diganggu orang. Maukah kau menikah dengannya?"

Pemuda iru menjawab. "Ya, saya mau."

Kemudian syeikh bertanya kepada wanita itu, "Apakah engkau mau menerimanya sebagai suamimu?"

Ia menjawab "Ya saya mau."

Maka syeikh itu mendatangkan pamannya dan dua orang saksi, kemudian melangsungkan akad nikah dan membayarkan mahar untuk muridnya itu. Kemudian syeikh itu berkata, "Peganlah tangan istrimu!" Dipeganglah tangan istrinya dan sang istri membawa ke rumahnya.

Setelah keduanya masuk ke dalam rumah, sang istri membuka kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah oleh pemuda itu, bahwa ia adalah seorang wanita yang masih muda dan sangat cantik.

Sang istri bertanya, "Apakah engkau ingin makan, wahai suamiku?"

"Ya," jawabnya.

Lalu ia membuka tutup panci di dapurnya. Saat melihat buah terong di dalamnya ia berkata, "Heran, siapa yang masuk ke rumah dan menggigit terong ini?"

Mendengar perkataan istrinya, pemuda itu sadar bahwa rumah ini adalah rumah yang tadi ia telah masuki. Ia pun menangis dan menceritakan kisahnya kepada istrinya. Setelah mendengar cerita itu, Istrinya lalu berkata, "Ini adalah buah dari sifat amanah. Engkau telah menjaga kehormatanmu dan engkau tinggalkan terong yang haram itu, lalu Allah berikan rumah ini semaunya berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari itu."

Mudah-mudahan kisah ini bisa menjadi pelajaran yang berharga untuk kita semua. Amin

0 Komentar:

Posting Komentar